Jajanan Anak, Warna-Warni yang Menggoda

Jajanan Anak, Warna-Warni yang Menggoda

Pagar Sekolah Zona Tak Aman Jajanan anak sekolah kerap memiliki tampilan menarik menjadi daya pikat pelajar. Tapi, tidak jelas komposisi dan kandungan gizinya. Mengejutkan, selama ini banyak yang mengandung boraks, pewarna kain (rhodamin B), formalin, serta zat berbahaya lainnya. \"lipsus\"PARA pedagang kaki lima sudah berjajar di depan pintu gerbang sekolah kawasan Jl Kartini, Kota Cirebon, Kamis (11/2). Anak-anak usia SD yang menyerbu para PKL itu, tentu rawan menjadi korban jajan dan camilan berbahaya. Seperti Nurul (9). \"Ini minya enak, murah lagi,\" ujar Nurul saat berjumpa Radar. Nurul dan teman-temannya tidak menghiraukan apa bahan yang terkandung dalam jajanan tersebut. \"Gak tahu. Yang penting rasanya enak, kalo gak enak, aku gak beli,\" tambahnya. Berbeda dengan Nurul, Livi (10) memilih makanan yang dibawanya dari rumah. \"Kata mamah makan dari rumah aja, gak boleh jajan sembarangan,\" ungkapnya. Lalu bagaimana dengan orang tua? Hilda (28), salah seorang wali murid yang melarang anaknya untuk mengonsumsi jajanan di luar sekolah. \"Jajanan yang di abang-abang suka saya nggak bolehin. Khawatir liat di TV banyak jajanan berbahaya. Apalagi sekarang lagi heboh itu yang mirip kondom. Selain merusak kesehatan , juga secara gak langsung merusak mental anak,\" ujarnya, kemarin. Untuk mengantisipasi kekhawatiran jajanan sekolah, Hilda membekali anaknya dengan makanan buatan di rumah. \"Saya bawain bekal dari rumah. Tapi kadang tetap aja anak, ikutan teman yang lain. Makanya sesekali saya kontrol pas istirahat,\" tuturnya. Sementara Elsa Lalasari, orang tua lainnya mengatakan jajanan anak sekolah yang murah meriah biasanya perlu jadi perhatian. Menurutnya, tidak semua bahan yang digunakan para penjual jajanan sehat. \"Memang enak dan menggoda biasanya. Jangankan anak-anak, ibu-ibu pun kadang ikut jajan juga,\" ujar perempuan yang juga salah satu pengajar di Smart Auladi Islamic Bilingual School itu. Elsa mencegah anak-anaknya jajan sembarangan dengan membawa bekal dari rumah. Tidak hanya itu, dia juga membuat kesepakatan dengan sang anak kapan boleh jajan atau memberi jatah. Biasanya Elsa memberikan 2 hingga 3 kali jatah jajan dalam satu minggu. Itupun tak sembarangan, jajanan harus dipilih. \"Paling kalau jajan susu, roti bakar. Mie boleh satu minggu sekali. Kalau ternyata di rumah sudah makan mi, berarti gak boleh makan lagi di sekolah,\" terangnya. Meski begitu, tak jarang Elsa mendapati sang anak ingin mencoba jajanan lain. Namun, beruntung sang anak jarang suka dengan jajanan yang ada di pinggir jalan. Ia menyarankan, untuk para orang tua agar mengenalkan makanan sehat kepada anak. Untuk pelaksanaannya, gunakan kesepakatan dengan anak langsung seperti yang ia terapkan. \"Jadi bisa menerima dan saling mengingatkan,” pesannya. Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon dr H Edy Sugiarto MKes mengatakan semua sekolah wajib memiliki kantin sehat. Tidak hanya itu, sarana prasarana pendidikan hingga lingkungan sekolah, harus benar-benar dijaga. Hal ini dalam upaya membentuk generasi emas berkualitas yang menjadi komitmen Indonesia. Secara periodik puskesmas melakukan pembinaan UKS di sekolah wilayah masing-masing. Jajanan sekolah yang mengandung zat adiktif berasal dari pedagang yang berada di luar pagar sekolah. Dinkes bersama Disdik Kota Cirebon sering melakukan razia. Namun, seperti halnya pedagang kaki lima (PKL), setiap ditertibkan dalam waktu seminggu kemudian datang kembali dengan jajanan yang sama. Bahan dan jenisnya. Padahal, sudah disinyalir mengandung zat berbahaya. Sebab, ujar Edy Sugiarto, secara kasat mata makanan atau minuman yang mengandung zat adiktif dapat terlihat. Namun, untuk memastikannya perlu uji laboratorium. “Kantin di dalam pagar sekolah aman dan higienis. Kalau di luar pagar, itu jajanan yang meragukan dari sudut pandang kesehatan,” ujarnya kepada Radar, Kamis (11/2). Edy Sugiarto memberikan solusi menghindari kekhawatiran terhadap asupan makanan minuman anak selama di sekolah, lebih baik orang tua membekali mereka dari rumah. Sebab, meskipun pihaknya terus memantau seluruh sekolah di Kota Cirebon terhadap pedagang jajanan diluar pagar sekolah dan bahkan menertibkannya, tetap saja masih banyak yang berkeliaran. Terkait makanan minuman yang mengandung zat adiktif berbahaya, efek jangka pendek diantaranya muntah, mual dan pusing. Untuk jangka panjang, biasanya sampai tahunan akan merusak ginjal dan hati. Hal ini sangat membahayakan bagi tumbuh kembang anak. Edy sendiri mengaku belum menerima laporan hasil uji sampel jajanan di luar sekolah yang dimiliki Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Kota Cirebon. Meski demikian, pihaknya memastikan semua jajanan yang berada di luar sekolah itu berbahaya. “Tapi, ya itu. tetap saja semua itu tidak dapat dideteksi. Sebab, keberadaan pedagang jajanan anak sekolah itu sama seperti PKL. Saat disidak, satu minggu menghilang, kemudian datang lagi,” kata Edy. (mik/ysf/sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: